gambar contoh sinyal sinap
3. TAHAPAN KOMUNIKASI SEL
Dalam berkomunikasi, sel
mempunyai proses komunikasi yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
1.Penerimaan
(reseption) , merupakan pendeteksian sinyal yang datang dari luar sel oleh
sel target. Sel kimiawi terdeteksi apabila sinyal itu terikat pada protein
seluler, biasanya pada permukaan sel yang bersangkutan.
2.Transduksi, merupakan proses pengubahan ikatan molekul signal pada
reseptor sel target untuk menghasilkan respon biologis. Tranduksi diawali
dengan pengikatan molekul sinyal mengubah protein reseptor. Tahap transduksi
ini mengubah sinyal menjadi suatu bentuk yang dapat menimbulkan respon seluler
spesifik. Dalam hal ini terdapat second
messenger yang bekerja sebagai agen signal tranduksi. Second messenger ini
dapat membawa signal dari beberapa reseptor.
3.1 Transduksi sinyal
meliputi aktifitas sebagai berikut:
a.Pengenalan
berbagai sinyal dari luar terhadap reseptor spesifik yang terdapat pada
permukaan membran sel.
b.Penghantaran sinyal melalui
membran sel ke dalam sitoplasma.
c.Penghantaran sinyal kepada molekul
efektor spesifik pada bagian membran sel atau efektor spesifik dalam
sitoplasma. Hantaran sinyal ini kemudian akan menimbulkan respon
spesifik terhadap sinyal tersebut. Respon spesifik yang timbul tergantung
pada jenis sinyal yang diterima. Respon dapat berupa peningkatan atau
penurunan aktifitas enzim-enzim metabolik, rekonfigurasi
sitoskeleton, perubahan permeabilitas membran sel, aktifasi sintesa DNA,
perubahan ekspresi genetik atupun program apoptosis.
d.Terputusnya rangkaian sinyal. Terjadi
apabila rangsangan dari luar mulai berkurang atau terputus.Terputusnya sinyal
juga terjadi apabila terdapat kerusakan atau tidak aktifnya sebagian atau
seluruh molekul penghantar sinyal.
Informasi yang terjadi akan melewati jalur
rangsang (signal transduction pathway) yang terdiri dari berbagai protein
berbeda atau molekul tertentu seperti berbagai ion dan kanalnya, berbagai
faktor transkripsi, ataupun berbagai tipe sububit regulator. Setiap protein
yang terlibat pada jalur ini mampu menghambat atau mengaktifasi protein yang
berada dibawah pengaruhnya (down stream). Protein utama yang terlibat dalam
jalur rangsang pada umumnya adalah kinase dan posphatase, yang beberapa
diantaranya merupakan protein yang terdapat/larut dalam sitoplasma. Kedua
protein ini mampu melepaskan atau menerima grup posphat dari protein lain
sehingga proses penghantaran atau penghentian sinyal dapat berlangsung.
Secara singkat langkah-langkah transduksi sinyal adalah:
1) Sintesis molekul sinyal oleh sel yang
memberi sinyal.
2) Pelepasan molekul sinyal oleh sel yang
memberi sinyal.
3) Transpor sinyal oleh sel target.
4) Pengikatan sinyal oleh reseptor spesifik
yang menyebabkan aktivasi reseptor tersebut.
5) Inisiasi satu atau lebih jalur transduksi
sinyal intrasel.
6) Peubahan spesifik fungsi, metabolisme, atau
perkembangan sel.
7) Pembuangan sinyal yang mengakhiri respon
sel.
4. Reseptor yang terdapat
pada membran sel meliputi:
A. Reseptor saluran/gerbang ion; misalnya pada molekul neurotransmitter yang dilepaskan sinapsis antara dua sel saraf berikatan dengan saluran ion sehingga menyebabkan saluran membuka dan memicu timbulnya sinyal listrik yang merambat ke sel penerima.
B. G-protein (GTP-binding protein)-coupled receptors, merupakan suatu reseptor
pada sel membran yang mempunyai tujuh helix
transmembran. Penyaluran sinyal yang
timbul setelah G-protein coupled receptors berikatan
dengan ligan, baru mungkin terjadi bila
G-protein ikut berperan aktif untuk mempengaruhi
efektor yang berada dibawah pengaruhnya.
C. Reseptor tirosin-kinase (RTK). Reseptor yang
terdapat pada membran sel, terkadang bukan hanya suatu protein yang bekerja
sebagai reseptor saja, namun juga merupakan suatu enzim yang mampu menambah
grup posphat kepada residu tirosin spesifik dari protein itu sendiri. Terdapat
dua macam tirosin kinase (TK) yakni: pertama, RTK yang merupakan protein
transmembran yang memiliki domain diluar membrane sel yang mampu berikatan
dengan ligan serta domain didalam membrane sel yang merupakan suatu katalitik
kinase. Jenis kedua, merupakan non-RTK yang tidak memiliki protein transmembran
serta terdapat dalam sitoplasma, inti dan bagian dalam dari membran sel. Pada G-proteincoupled receptors terdapat tujuh helix
transmembran, sedangkan reseptor tirosin kinase hanya mempunyai satu segmen
transmembran meskipun reseptor tipe ini dapat berupa monomer, dimmer ataupun
tetramer.
D. Reseptor kinase serin, berperan pada aktivitas kerja dari
aktivin, TGF-beta,mulerianinhibiting substance (MIS), dan bone morphegenic protein (BMP).
Sebagai efektor dari reseptor kinase serin adalah kinase serin sendiri.
Keluarga dari reseptor ini meneruskan signal melalui suatu protein yang disebut
sebagai smads. Protein ini dapat berperan ganda, baik
berperan sebagai penerus sinyal (transducer) maupun
sebagai faktor transkripsi.
reseptor pada membran sel
5. Reseptor dalam intraseluler
Reseptor ini terletak pada sitoplasma atau pada nukleus target. Untuk mencapai reseptor ini pembawa pesan kimiawi menembus membran plasma sel target. Molekul sinyal yang dapat melakukan hal ini adalah hormon steroid dan tiroid karena termasuk pembawa pesan yang sifatnya hidrofobik.
Reseptor intraseluler adalah reseptor protein yang tidak berada pada membran sel melainkan pada sitoplasma atau nukleus. Sinyal harus melewati membran plasma terlebih dahulu sebelum bertemu dengan reseptor jenis ini (karena ukuran molekul kecil dapat melewati membran atau merupakan lipid sehingga terlarut dalam membran). Sinyal kimiawi dengan reseptor intraseluler misalnya hormon steroid (testosteron) dan tiroid hewan yang berupa lipid serta molekul gas kecil oksida nitrat.
Mekanisme jalur transduksi sinyal (jalur-jalur merelai sinyal dari reseptor ke respon seluler) seperti berikut:
- Molekul yang merelay sinyal dari reseptor ke respon disebut molekul relay (sebagian besar merupakan protein).
- Molekul sinyal awal secara fisik tidak dilewatkan jalur pensinyalan (molekul sinyal bahkan tidak pernah masuk sel). Sinyal direlai sepanjang suatu jalur, artinya informasi tertentu dilewatkan. Pada tiap tahap sinyal ditransduksi menjadi bentuk berbeda yaitu berupa perubahan konformasi suatu protein yang disebabkan oleh fosforilasi.
Fosforilasi protein merupakan suatu cara pengaturan yang umum dalam sel dan merupakan mekanisme utama transduksi sinyal.
6. Second Messenger
Second messenger merupakan jalur pensinyalan yang melibatkan molekul atau ion kecil nonprotein yang terlarut dalam air, sedangkan molekul sinyal ekstraseluler yang mengikat reseptor membran merupakan jalur first messenger. Second messenger lebih kecil dan terlarut dalam air, sehingga dapat segera menyebar keseluruh sel dengan berdifusi . Second messenger berperan serta dalam jalur yang diinisiasi reseptor terkait protein-G maupun reseptor tirosin-kinase. Dua contoh second messenger yang paling banyak digunakan ialah:
a. AMP siklik
Second messenger ini yang membawa sinyal yang diinisiasi epinefrin dari membrane plasma sel hati atau otot ke bagian dalam sel, dimana sinyal itu menyebabkan pemecahan glikogen. Pengikatan epinefrin pada membrane plasma sel hati akan meningkatkan senyawa adenosine monofosfatsiklik, yang disingkat AMP siklik atau cAMP. Camp ini diaktifkan oleh adenilat siklase yang mengkatalisa perombakan ATP. cAMP atau aliran ion tadi dapat membuat perubahan pada perilaku sel, dan mereka disebut messenger sekunder atau mediator intraseluler yang mana akan merangsang metabolisme sel lewat aktivitas protein kinase.
b. Ion kalsium
Banyak molekul sinyal pada hewan, termasuk neurotransmitter, faktor pertumbuhan dan sejumlah hormon menginduksi respon pada sel targetnya melalui jalur transduksi sinyal yang meningkatkan konsentrasi ion kalsium sitosolik. Peningkatan konsentrasi ion kalsium sitosolik menyebabkan banyak respon pada sel hewan. Sel menggunakan ion kalsium sebagai second messenger dalam jalur protein-G dan jalur reseptor tirosin kinase. Dalam merespon sinyal yang direlai oleh jalur transduksi sinyal, kadar kalsium sitosolik mungkin meningkat, biasanya oleh suatu mekanisme yang melepas ion kalsium dari RE biasanya jauh lebih tinggi daripada konsentrasi dalam sitisol. Karena kadar kalsium sitosol terendah, perubahan kecil pada jumlah absolute ion akan menggambarkan persentase perubahan yang relative tinggi pada konsentrasi kalsium.
DAFTAR PUSTAKA
Azhar, Tauhid Nur. 2008. Dasar-dasar
Biologi Molekular. Bandung: Widya Padjadjaran
Campbell Dan
Reece.(2008), Biologyedisi
8,
Jakarta, Erlangga.
Guyton
(1991), Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit,
Jakarta, EGC
Subowo (2012),BiologiSel,
Bandung,CVAngkasa